Nama: Stefanus Eduard Adrian
NIM: 1801382963
Nomor peserta lari: 5528
Jurusan: Teknik Informatika
Kesan dan pesan saya sebagai pelari
Pada hari Minggu, 15 Maret 2015,
saya mengikuti charity event Run for Leprosy yang diselenggarakan oleh Teach
for Indonesia dan didukung oleh Binus University. Saya mengikuti acara ini
bersama dengan 13 teman saya. Ini merupakan pertama kalinya saya mengikuti
acara seperti ini seumur hidup saya. Saya merasa sangat senang bisa mengikuti
acara Run for Leprosy ini. Saya pernah mempunyai keinginan untuk bisa menikmati
suasana Alam Sutera pada saat pagi-pagi sekali dan keinginan saya tercapai
setelah mengikuti suasana ini. Ini merupakan pengalaman berharga yang tidak
akan saya lupakan seumur hidup saya karena saya bisa beramal sekaligus
bersenang-senang dengan teman-teman saya.
Saya bangun pagi pada pukul
03:45 untuk mulai bersiap-siap datang ke tempat acara. Saya keluar dari
kompleks perumahan tempat kost saya berada pada pukul 04:40 dan sampai di
tempat parkir yang disediakan (mall @ alam sutera) pada pukul 04:50. Sesampainya
di tempat parkir, saya langsung menuju apartemen teman saya yang berada di
dekat Binus University untuk berkumpul bersama teman-teman saya sebelum
akhirnya kami bersama-sama jalan menuju lokasi acara yang diadakan.
Sesampainya di tempat acara saya
melihat begitu banyak orang yang sudah datang menandakan mereka sangat antusias
dalam mengikuti acara ini. Saya juga melihat banyak stand sponsor di area Binus University. Acara lari untuk rute 5K
dimulai pada pukul 06:15. Saya dan teman-teman saya pun mulai berlari sekuat
tenaga untuk bisa mencapai garis finish.
Di tengah rute kami berlari, kami diberikan minuman untuk menambah tenaga kami
kembali dalam berlari. Akhirnya saya bisa mencapai garis finish walaupun saya hanya bisa mencatat waktu 43 menit 39 detik.
Setelah saya mencapai garis finish,
saya diberikan medali sebagai tanda telah menyelesaikan rute yang diberikan.
Pesan saya kepada panitia
mungkin untuk menyediakan tempat sampah yang lebih memadai di lokasi acara,
karena saya melihat banyak sampah berserakan akibat tempat sampah yang kurang
memadai, sehingga jadi kurang sedap dipandang mata. Tetapi saya melihat secara
keseluruhan kerja panitia sudah cukup baik dalam menyelenggarakan acara ini
sehingga acara ini bisa berjalan tanpa kendala yang berarti.
Pengetahuan tentang kusta
Penyakit Hansen atau Penyakit Morbus Hansen yang dahulu dikenal sebagai
penyakit kusta atau lepra adalah sebuah penyakit infeksi kronis yang
sebelumnya, diketahui hanya disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae,
hingga ditemukan bakteri Mycobacterium lepromatosis oleh Universitas Texas pada
tahun 2008, yang menyebabkan endemik sejenis kusta di Meksiko dan Karibia, yang
dikenal lebih khusus dengan sebutan diffuse lepromatous leprosy. Sedangkan
bakteri Mycobacterium leprae ditemukan oleh seorang ilmuwan Norwegia bernama
Gerhard Henrik Armauer Hansen pada tahun 1873 sebagai patogen yang menyebabkan
penyakit yang telah lama dikenal sebagai lepra. Saat ini penyakit lepra lebih
disebut sebagai penyakit Hansen, bukan hanya untuk menghargai jerih payah
penemunya, melainkan juga karena kata leprosy dan leper mempunyai konotasi yang
begitu negatif, sehingga penamaan yang netral lebih diterapkan untuk mengurangi
stigma sosial yang tak seharusnya diderita oleh pasien kusta.
Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa pada saraf tepi dan
mukosa dari saluran pernapasan atas; dan lesi pada kulit adalah tanda yang bisa
diamati dari luar. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif,
menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata. Tidak
seperti mitos yang beredar di masyarakat, kusta tidak menyebabkan pelepasan
anggota tubuh yang begitu mudah, seperti pada penyakit tzaraath.
Penyakit kusta merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala infeksi
kronis yang terjadi pada jaringan saraf dan juga kulit. Penyebab penyakit kusta
ini adalah karena Mycobacteriym leprae. Basil yang ditemukan dari penyakit
kusta atau lepra ini mirip dengan basil pada penyakit TBC, berupa ulet yang
banyak mengandung lilin yang sulit untuk ditembus oleh obat, dan ulet ini juga
tahan akan asam dan pertumbuhannya juga agak lebih lama.
Kelompok Kerja WHO melaporkan Kemoterapi Kusta pada 1993 dan
merekomendasikan dua tipe terapi multiobat standar. Yang pertama adalah
pengobatan selama 24 bulan untuk kusta lepromatosa dengan rifampisin,
klofazimin, dan dapson. Yang kedua adalah pengobatan 6 bulan untuk kusta
tuberkuloid dengan rifampisin dan dapson. Sejak 1995, WHO memberikan paket obat
terapoi kusta secara gratis pada negara endemik, melalui Kementrian Kesehatan.
Strategi ini akan bejalan hingga akhir 2010. Pengobatan multiobat masih efektif
dan pasien tidak lagi terinfeksi pada pemakaian bulan pertama. Cara ini aman
dan mudah. jangka waktu pemakaian telah tercantum pada kemasan obat.
Komitmen baik dari saya terhadap kusta
Saya mempunyai beberapa komitmen
baik untuk penyakit kusta, yaitu:
1. Saya akan mendukung segala jenis
kegiatan yang bertujuan untuk membantu saudara-saudara kita yang terkena
penyakit kusta.
2. Saya akan berusaha membuang stigma
buruk mengenai penyakit kusta yang ada di masyarakat.
3. Memberi semangat kepada mereka yang
terkena penyakit kusta untuk tetap semangat dalam menjalani hidup.
Saran saya mengenai sosialisasi yang baik
terhadap penyakit kusta
Berikut saran-saran saya
mengenai sosialisasi yang baik terhadap penyakit kusta:
1. Pemerintah dan berbagai organisasi
harus memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai penyakit kusta sehingga
masyarakat tidak berpandangan buruk terhadap penyakit kusta.
2. Perlu diadakan kegiatan-kegiatan positif seperti Run for Leprosy dalam rangka membantu saudara-saudara kita yang terkena penyakit kusta.